Wanita dinilai sering menjadi korban penipuan dalam dunia belanja online. Hal itu diungkapkan kandidat doktor hukum siber (cyber law) Universitas Padjajaran (Unpad), Endah Dewi Nawangsasi.
"Wanita harus cerdas jangan hanya bisa pamer tas branded tapi tertipu ratusan juta," katanya menangggapi banyaknya penipuan melalui belanja online, Kamis (27/12).
Menurut dia, belanja online sangat digemari ibu-ibu. Apalagi bagi mereka yang senang arisan atau tidak tahu bagaimana mengisi waktu bermanfaat selain dengan gosip dan belanja.
"Kemajuan Internet seperti pisau bermata dua. Bisa menguntungkan sekaligus kadang bisa mematikan," kata peneliti yang mengambil riset dengan judul "Bagaimana Mencegah Penipuan di Internet".
Endah mengatakan akibat kemajuan teknologi sering kali seseorang mengalamai kerugian karena kehilangan hak privasinya di dunia maya. Bahkan, pengguna internet dapat kehilangan uang karena pembobolan akun bank pribadi.
Penipuan bisa melalui pembobolan akun internet banking yang biasanya terdeteksi melalui data privasi. Ada juga yang terang-terangan menipu melalui bujukan atau pertanyaan pada ranah pribadi.
Ia mengatakan Internet merupakan media atau akomodasi menuju bisnis globalisasi yang sekaligus menjadi media kejahatan cyber. Pelaku kejahatan menjalankan aksinya dengan modus hampir sama termasuk di Indonesia.
"Diawali pendekatan budaya dan sosial, namun ujungnya terangkap dalam penipuan (fraud) dan penggelapan (embezzlement) dana," kata Endah yang baru saja melakukan penelitian di University California Los Angeles (UCLA), San Diego dan Las Vegas, Amerika Serikat, serta penelitian investigasi di Thailand serta Singapura.
Endah menambahkan pengakuan hak privasi di Negeri Paman Sam lebih matang menyikapi internet sebagai media bisnis online ketimbang di sejumlah Negara Asia. Menurutnya, orang-orang yang tinggal di AS sudah sangat terbiasa dengan bisnis online, tidak seperti di Indonesia.
(sumber : metro tv)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar