Zamidar (seorang tuan tanah dan pemungut cukai) sebuah desa beserta
isterinya mempunyai sejumlah kambing. Seorang pelayan, seorang anak
laki-laki, melayani mereka. Zamidar itu sangat menyukai anak itu, namun
isterinya selalu curiga padanya, walau pelayan itu tidak menyadarinya.
Isteri zamidar itu sangat cerdik. Diluar dia sangat baik, sopan dan
penuh perhatian pada pelayan itu, tetapi dalam hatinya dia memusuhi dan
tidak mempercayainya.
Suatu hari seorang teman singgah di rumah
Zamidar itu dan melihat Zamidar itu nampak sedih. Temannya bertanya,
“Mengapa kamu begitu sedih?”
Zamidar itu menjawab, “Isteriku dan
aku berbeda pendapat mengenai pelayan ini. Kami masing-masing mempunyai
pendapat yang bertolak belakang mengenai dia.”
Temannya berkata, “Jangan khawatir. Aku dapat menyelesaikan masalah ini dan mengatakan apakah dia baik atau buruk.”
Suatu
hari, ketika pelayan itu menjaga kambing di padang, sahabat tuannya itu
mendatanginya dan berkata, “Anak kambing ini sangat bagus, maukah kami
menjualnya kepadaku seharga lima puluh ribu rupiah?”
Anak itu menjawab, “Tidak, maaf, saya tidak bisa menjualnya.”
Teman tuannya bertanya lagi, “Kalau seratus ribu rupiah, apa kamu mau menjualnya?”
Anak itu menjawab, “Maaf, tidak tuan.”
“Dua ratus ribu?” Teman majikannya berkata.
Pelayan
itu menjawab, “Kalau tuan ingin membeli anak kambing ini, datanglah ke
majikan saya dan berikan uang dua ratus ribu rupiah padanya. Kalau
majikan saya ingin menjualnya, maka saya akan menyerahkannya pada tuan.”
Orang
itu tidak menyerah, “Siapa yang mau pergi ke majikanmu? Rumahnya jauh
dari sini. Biar kubayar tiga ratus ribu rupiah. Aku yakin majikanmu
hanya menggajimu sedikit. Simpan uang tiga ratus ribu ini dan katakan
saja pada majikanmu kalau anak kambing ini dicuri orang. Majikanmu punya
begitu banyak kambing. Bahkan dia tidak akan tahu kalau hilang seekor.”
“Oh,
tidak tuan,” kata anak itu, “Saya tidak dapat melakukan hal seperti
itu. Dia akan tahu. Dan walaupun dia tidak menyadarinya, saya tahu
berapa banyak kambing yang dimilikinya, jadi saya tahu kalau ada yang
hilang.”
Teman tuannya berkata, ‘Ambil saja uang tiga ratus ribu
ini dan berikan anak kambing itu. Kemudian pergilah ke tuanmu dan
katakan bahwa kamu sudah menjualnya.”
Anak itu menjawab, Tidak, maaf tuan, saya tidak dapat menjualnya tanpa izin majikan saya.”
“Aku beri kamu sejuta rupiah, maukah kamu menyerahkan anak kambing itu?” katanya, “Lalu kamu bisa mengambil semua uang itu.”
“Saya bukan pencuri,” kata pelayan itu, “Saya tidak pernah mau menerima uang itu.”
Teman
majikannya berkata, “Kamu bisa menyerahkan padanya tujuh ratus ribu
rupiah dan kamu ambil yang tiga ratus ribu untuk dirimu sendiri.”
“Saya tidak akan pernah melakukan hal seperti itu tuan,”anak itu menjawab.
Tetapi
orang itu terus memaksa, akhirnya pelayan itu menyerah, “Kalau tuan
benar-benar ingin memberi saya uang sejuta rupiah untuk seekor anak
kambing, maka saya akan menerima uang itu dan menyerahkannya kepada
majikan saya.”
Teman zamidar itu sangat ingin mengetahui apa yang
akan dilakukan pelayan itu dengan uang itu. Dia berpikir, “ Dia pasti
tidak menyerahkan uang itu secara utuh kepada tuannya atau mungkin malah
mengatakan bahwa anak kambing itu hilang dicuri orang. Apapun yang
dilakukannya, aku tetap dapat menceritakan kepada tuannya kisah yang
sebenarnya.”
Pelayan itu pergi menghadap tuannya dan menyerahkan
uang sejuta rupiah. Dia berkata, “Tuan, maafkan saya. Saya telah menjual
seekor anak kambing seharga sejuta rupiah tanpa izin tuan. Saya tahu
bahwa harga anak kambing itu hanya lima pukuh ribu rupiah, tetapi orang
ini terus memaksa memberiku uang sejuta rupiah untuk anak kambing itu.
Saya pikir tuan akan sangat senang menerima uang sejuta rupiah untuk
seekor kambing seharga lima pukuh ribu. Sekarang tuan bisa membeli lebih
banyak kambing lagi.”
Isteri zamidar itu berkata pada pelayan
itu, “Aku ingin bicara dulu sebentar dengan suamiku secara pribadi.
Maukah kamu pergi sebentar dari ruangan ini?
Kemudian isteri
zamidar itu berkata kepada suaminya, “Aku tidak percaya padanya.
Menurutku dia telah menjualnya dengan harga yang lebih tinggi dan hanya
menyerahkan sebagian saja kepada kita.” Isteri zamidar itu tidak tahu
bahwa yang membeli anak kambing itu adalah teman suaminya.
Tak lama kemudian teman zamidar itu muncul dan bertanya, “Apa yang terjadi?”
Zamidar
itu menjawab, “Pelayan kami mengatakan bahwa dia menjual seekor
kambingku seharga sejuta rupiah. Aku tidak curiga padanya, tetapi
seperti biasanya, isteriku selalu curiga. Isteriku menduga bahwa dia
telah menjual anak kambing itu dengan harga lebih dari sejuta dan
mengambil sebagian untuk dirinya sendiri.”
Temannya berkata,
“Kamu tidak akan bisa mendapatkan orang lain yang sejujur dan setulus
pelayan ini sepanjang hidupmu. Akulah yang membeli anak kambing itu
seharga sejuta rupiah. Aku berusaha membujuknya agar mengambil semua
uang itu. Aku telah mengujinya. Tetapi setiap kali dia menunjukkan
kejujurannya. Aku telah mengujinya dengan teliti. Dia adalah orang yang
sangat jujur.”
Zamidar itu kemudian berkata pada isterinya, “Benarkan, kan aku sudah bilang.”
Isterinya
menjawab, “Akan selalu baik menguji seseorang dengan cara seperti ini.
Mulai sekarang, aku akan mempercayai anak ini dan menganggapnya seperti
anakku sendiri.
Posting Komentar